SELAMAT HARI TUBERCULOSIS SEDUNIA 2022
Oleh, Hasbullah
Dosen Fakultas Kesehatan UMPRI (Universitas Muhammadiyah Pringsewu)
Alumni Relawan TB Care ‘Aisyiyah
Tuberculosis (TB) hampir luput dari ingat warga masyarakat, namun tidak untuk yang pernah merasakan begitu menderitanya orang yang pernah sakit TB dan keluargaya akan merasakan kesedihan. Realita lainnya adalah banyak kalangan akademis yang juga tidak memahami tentang penyakit ini, sebagai seorang yang pernah menjadi relawan tentunya akan merasa sedih. Begitu beratnya menjadi pengelola program TB baik di puskesmas, rumah sakit klinik dan sejenisnya, dan begitu besar perjuangan serta pengorbana kader TB. Bagaimana tidak, pengelola dan relawan akan senantiasa bertemu dan bersentuhan dengan mereka yang sakit TB. Semua dijalankan oleh pengelola dan relawan demi eliminasi TB dan Idonesia bebas TB.
Rendahnya kepedulian dan masih memandang negatifnya penderita penyakit TB ini menjadi factor kuat terus berkembangnya penyakit ini. Ditambah lagi kurangnya pengetahuan dan dikaitkan TB dengan penyakit keturuanan serta pengobatan dibawa ke dukun dan sejenisnya inipun menjadi masalah yang terjadi dikalangan masyarakat pada umumnya. Belum lagi rendahnya berbagai pihak yang berkompenten dan mampu memberi akses dalam percepatan penanggulan TB inipun jadi masalah. Maka TB itu yang berbahaga bukan Kuman TB, melainkan gaya dan padangan kita terhadap TB itu sendiri. Penyakit ini menular namun bisa disembuhkan, penyakit ini tidak akan memilih siapa yang akan kena, namun bisa dikendalikan.
TB adalah salah satu penyakit yang memiliki hari istimewa, bukan karena kemenangan dan kebaikannya, namun karena berbahaya penyakit ini. Hari istimewa itu disebut dengan Hari TB se Dunia (TB DAY) yang jatuh pada tanggal 24 Maret. Penentuan tanggal tersebut pun bukan tanpa alasan. Karena pada tanggal 24 Maret 1882, Dr. Robert Koch mengumumkan penemuan Mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman yang menyebabkan tuberculosis yang sering disebut TB. Penyakit ini merupakan penyakit menular, yang berpotensi serius terutama mempengaruhi paru-paru. Meskipun dalam perjalanan kuman ini juga menyerang kulit, otak, ginjal, kelenjar dan tulang belakang. Penyakit TB menyebar dan menular ketika orang tidak sengaja menghirup percikan batuk dan bersin (droplet) seseorang yang terinfeksi TB.
Dari sumber WHO, menyampaikan bahwa pada tahun 2020 sebanyak 1,5 juta orang meninggal dunia disebabkan oleh penyakit TB. Di mana penyakit ini menempati urutan ke 13 yang menyebabkan orang meninggal dunia. Serius lagi bahwa dalam keadaan pademi ini, TB ini menjadi penyakit menular nomor dua yang paling mematikan setelah Covid-19. Maka sudah semestinya penyakit ini menjadi perhatian dan priotas dalam penanggulannya baik itu pencegahan dan pengobatannya. Sudah dipastikan, kesehatan menjadi keutamaan dalam mengakat derajat hidup manusia. Terlepas dari kepentingan apapun, petinggi negara siapun itu sudah semesti menjadi pemberantas TB priotitas dalam bidang kesehatan.
Indonesia dengan penduduk yang padat dan juga gaya hidup sehat jauh dari kesempurnaan, tentu memiliki peluang besar penularan penyakit TB. Dari sumber Kementrian kesehatan dan Tbindonesia.or.id pada bulan Oktober 2021 bahwa telah ditemukan kasusu 824.000 kasus, 13.110 kematian akibat TB dan 83% keberhasilan pengobatan. Dengan data ini Indonesia masih berada pada urut ke-3 tertinggi kasus penularan TB, setalah India dan China. Cerminan data ini menjelasakan kepada kita semua, bahwa belum ada keseriusan pemerintah dalam penanggulan TB.
Data angka ini, sudah semetinya menjadikan alasan pemerintah untuk menjadikan lembaga-lembaga kesehatan baik milik pemerintah dan swasta serius dalam pencegahan dan pengobatannya. Pemerintah dalam hal ini kementrian kesehatan harus berani mengambil langkah strategis seperti juga benarinya penanggulan penyebaran Covid-19. Mengapa begitu, karena covid ini telah tiada yang silah berganti variannya namun tidak dengan TB dia tetap namanya namun penularannyan akan terus berkembang. Satu orang terkena TB dia akan menularkan 10-15 orang lainnya melalui kontak dekat selama setahun. Jika mereka tidak mendapat pengobatan yang tepat maka resiko kematian tinggi.
Begitu besar dan berat resiko jika penyakit TB ini tidak segera diselesaikan baik itu ditataran admitrasi dan realita dilapangan. Langkah yang sudah semestinya segara diambil pertama, adanya kebijakan jelas baik itu secara aturan dan anggaran yang tertulis baik dalam bentuk pertaturan pemerintah dari pusat, provinsi bahkan sampai kabupaten. Sehingga semua komponen masyarakat juga paham terhadap penanggulan TB dari mulai pencegahan sampai tuntasnya pengengobatan sampai sembuh. Kedua, membangun komitme bersama dalam penanggulan TB ini. Komitmen ini dikeluarkan dari segala kepentingan pribadi dan kelompok yang ada di dalamnya adalah kepetingan bersama menuntaskan elimanisi TB dan mewujudkan Indoensia bebas TB.
Ketiga, pelibatan semua organisasi masyarakat dimana mereka memiliki potensi bertemu masyarakat dalam jumlah banyak. Kepentingan ini adalah membantu pemerintah dan relawan dalam melakukan edukasi TB dalam bentuk penyuluhan. Keempat, proses dokumentasi berupa pelaporan, yang dibuat oleh kementrian kesehatan atau lembaga yang peduli dengan TB. Dibuat sesederhana mungkin, tapi semua pelaporan dapat terekam dan tedokumen dengan baik dan benar. Jangan sampai laporan yang dibuat membuat beban pengelola TB di instansi kesehatan dan juga membebani relawan dilapangan. Kelima, informasi tentang TB yang berkelanjutan oleh pemerintah. Hal ini dilakukan dalam rangka mengendalikan penularan TB sejak dini, mempekuatan sistem kesehatan, meningkatkan mutu pelayanan, membangun kemandirian masyarakat dan pengautan kemitraan.

































Discussion about this post